Mengenai Saya

Foto saya
Aku harus tetap hidup, meskipun aku telah Mati, dan Aku tak boleh Mati ketika au masih Hidup inilah Aku ;)
Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

SEKOLAH BERBASIS ISLAM

SEKOLAH BERBASIS ISLAM
Sekolah berbasis islam ini bertujuan sebagai berikut Tujuan anak disekolahkan agar mendapatkan pengalaman hidup sebelum ia terjun sesungguhnya di masyarakat. Sekolah adalah miniature masyarakat. Faktor pendukung untuk sukses menjalani kehidupan setelah sekolah adalah: integritas (kesesuaian antara ucapan dan keyakinan dalam praktek kehidupan nyata), disiplin (mengatur diri sendiri untuk mencapai tujuan sebagai hamba Alloh), keterampilan social (menjalin hubungan dengan orang lain), bekerja tekun dan giat sesuai syariat Islam. Faktor-faktor ini dibentuk oleh kondisi keluarga di rumah dalam proses tumbuh kembang anak, dan merupakan hasil dari teladan orangtua kepada anak-anaknya. Sekolah hanya bisa menempa faktor tsb agar dapat tertanam kuat dan menjadi kebiasaan, atau menguji kebiasaan yang sudah tertanam tsb.
Berikut adalah tips dan kiat memilih sekolah bagi putra-putri Anda, terutama bagi Anda yang berencana menyekolahkan putra-putri Anda ke sekolah berbasis Islam.. Semoga membantu.. :)
1.    Tujuan Orang Tua
Yang pertama harus diluruskan adalah tujuan kita, orang tua, dalam mendidik anak-anak. Secara umum, orang tua muslim di Indonesia bisa diketegorikan dalam 3 kelompok:
•    Muslim KTP: mereka adalah orang tua yang memaknai “kesuksesan” anak-anaknya sebagai sukses secara duniawi (pendidikan agama sekedarnya/ikut-ikutan saja). Memang ada kalanya, anak-anaknya alhamdulillah tetap/kembali ke jalan yang lurus, tetapi itu bukan lantaran jalur pendidikan yang disiapkan orang tuanya.
•    Muslim sekuler: mereka adalah orang tua yang hatinya terbelah, antara ingin kesuksesan duniawi dan ingin kesuksesan ukhrawi (akhirat). Kedua keinginan tersebut sama kuat dan mereka tidak bisa memprioritaskan salah satunya. Walhasil, anak-anaknya didorong untuk rajin ibadah ritual, tetapi dalam urusan duniawinya agama tidak lagi berperan. Contoh yang pernah saya angkat adalah orang tua yang bangga anaknya menjadi direktur utama sebuah bank ribawi karena tetap rajin sholat, pergi haji, dan membawa ayah-bundanya berhaji.
•    Muslim sejati: mereka yang menjadikan akhirat sebagai satu-satunya tujuan, baik bagi dirinya sendiri maupun anak-anaknya. Bagi mereka, dunia hanyalah sarana menuju akhirat. Mereka mengajarkan kepada anak-anaknya bahwa kesuksesan di dunia tidak lain hanyalah hasil dari ketaatan kepada Allah SWT. Orang tua muslim sejati tidak akan mengirimkan anak-anaknya ke sekolah yang masih tercampuri ajaran-ajaran menyimpang, seperti teori Asal Mula Alam Semesta yang menafikan peran Allah, dongeng-dongeng syirik, pluralisme dengan doktrin semua agama sama & demokrasi dengan doktrin semua manusia sama (baik terpelajar maupun kriminal) sehingga kebenaran bisa ditentukan oleh suara terbanyak. Anak-anak yang diinginkan oleh orang tua muslim sejati adalah anak-anak yang tidak pernah bimbang untuk memprioritaskan Allah di atas segalanya.
2.    Kemampuan Orang Tua
Allah SWT berfirman, “… Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan juga seorang ayah karena anaknya….” (QS. Al Baqarah 233).
Demikian halnya dengan pendidikan anak, maka orang tua harus melihat kemampuannya, baik secara fisik maupun finansial. Orang tua yang tidak mampu secara fisik, tidak wajib mendidik sendiri anak-anaknya dan boleh menyerahkan pendidikannya kepada guru yang dianggap terbaik dari yang ada, sebagaimana bolehnya menyerahkan bayinya untuk disusui oleh wanita lain. Orang tua yang tidak mampu secara finansial tidak boleh memaksakan diri untuk mengirim anak-anaknya ke sekolah mahal.
3.    Kurikulum Sekolah
   Orang tua harus memilih sekolah yang kurikulumnya didesain untuk mempelajari apa-apa yang diperintahkan Allah dan mengarahkan para pelajarnya untuk mencintai dan mentaati Allah dan rasulNya. Ibnu Taimiyah lebih menspesifikan lagi bahwa kurikulum seharusnya mengajarkan hikmah ilahiyah, baik dalam ilmu-ilmu ibadah maupun ilmu-ilmu umum. Ilmu agama yang diajarkan hanya sebatas penghafalan tanpa pemahaman tidak akan memberikan manfaat. Sedangkan dalam mempelajari ilmu-ilmu umum hendaklah dimulai dengan Al Qur’an dan Hadits serta penjabarannya terkait ilmu yang dipelajari agar anak didik bisa mendapatkan hikmah ilahiyah dan berperilaku sesuai ajaran Islam.
4.    Pemilihan Guru
Orang tua harus memperhatikan guru yang dipilih (baik oleh dirinya sendiri maupun oleh sekolah) untuk mengajar anak-anaknya. Seorang guru yang baik adalah guru yang mempraktekkan ajaran Islam dalam kesehariannya, haus ilmu, tidak suka memaksa, dan bahu-membahu dengan orang tua murid melalui komunikasi yang berkesinambungan. Sebelum memasukkan anaknya ke sebuah sekolah, orang tua berhak untuk melihat CV/resume tiap-tiap guru yang dipekerjakan oleh sekolah untuk memastikan bahwa sekolah tidak sembarangan dalam merekrut tenaga pendidik. Salah dalam memilih guru bisa menjerumuskan anak-anak kita kepada kesesatan dan hal-hal yang dimurkai Allah SWT. Apabila orang tua mendapati pihak sekolah mempekerjakan guru yang tidak memenuhi syarat, maka orang tua berhak mengajukan keberatannya.
Faktor-Faktor lain yang Diperhatikan dalam Memilih Sekolah
Sesuaikan dengan minat dan kemampuan anak.Contohnya,menempatkan anak dengan kemampuan pas-pasan di sekolah akselerasi akan membuat anak tertekan.
Kualitas pendidik. Bagaimana akhlak guru, profesionalismenya, kemampuan komunikasinya,  dan apakah mereka mudah diajak kerja sama untuk mendidik anak kita.  Kita tidak perlu tergiur guru bertitel segudang: Prof, Doktor, Ir, Psikolog. Yang terpenting  guru memiliki hati untuk mengajar dan mampu menginspirasi anak.
Fasilitas sekolah aman dan nyaman, sehingga anak dapat mengaktualisasikan kemampuannya untuk menyelesaikan tantangan di masa depan.  Sarana dan prasarana sekolah tidak harus mewah tetapi  tidak membahayakan fisik anak, rapi dan bersih.
Ketertiban dan Kebersihan sekolah, membuat siswa senang dan betah di sekolah seperti di rumah sendiri.  Sekolah yang rapi dan bersih mengajarkan anak untuk bersikap rapi dan bersih. Sekolah juga memiliki keteraturan program, fisik bangunan, dan hirarki sekolah.
Lokasi sekolah dan lingkungan.  Pertimbangkan jarak sekolah ke rumah dan sarana transportasinya, disesuaikan dengan kesehatan anak. Sekolah yang letaknya strategis biasanya kualitasnya relative baik karena kompetisi antar siswa cukup ketat.  Jika lokasi terlalu jauh, anak akan kurang: istirahatnya, interaksi dengan anggota keluarga yang lain atau dengan lingkungan sekitarnya.
Sekolah yang berkualitas minimal harus memiliki 5 budaya: budaya disiplin waktu, budaya membaca, budaya bersih, budaya prestasi, dan budaya akhlak yang mulia.
Semakin beragam kegiatan ekstrakurikuler, anak memiliki banyak pilihan sesuai minatnya hingga menjadi kreatif dan produktif. Perhitungkan biaya pendidikan termasuk SPP, uang gedung, seragam, buku, praktikum, kegiatan ekstrakurikuler, les, uang saku, biaya transportasi, perlengkapan sekolah, dll.  Sekolah negeri tingkat SD sampai tingkat SMP kini punya program bebas biaya SPP dan uang pangkal.  Jangan sampai orangtua terbebani biaya sekolah yang mahal sehingga anak harus putus sekolah. Jika anak bersekolah di sekolah negeri.  Karena porsi agamanya kurang, maka orangtua harus membuat program penambahan tsaqofah Islam, baik dalam program keluarga maupun program di lingkungan sekitar.  Jika ada ilmu yang bertentangan dengan Islam, orangtua harus tanggap dan segera menghapusnya.
Waspadai Sekolah Berlabel Islam yang Merusak

Ada sekolah berlabel Islam yang kurikulumnya jauh dari Islam bahkan anti Islam.  Oleh karena itu, kita harus mempelajari program dan visi misi sekolah. Terutama sekolah swasta. Perhatikan latar belakang para pengajarnya.
Sebagai contoh, Ma’had Al Zaitun di Indramayu Jawa Barat yang menjadi markas pengkaderan “NII” gadungan menafsirkan ayat-ayat quran sesuai kepentingannya.  Pesantren ini sangat berbahaya karena merusak aqidah dan syariat Islam. Sedangkan sekolah di lingkungan Jaringan Islam Liberal (JIL) menanamkan pemikiran sepilis (sekularisme, pluralisme dan liberalism).
PIRI (Perguruan Islam Republik Indonesia) adalah sekolah Ahmadiyah yang menyesatkan aqidah Islam.  LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) nama baru dari Lemkari, Darul Hadits dan Islam Jama’ah yang dilarang pemerintah, merupakan lembaga propaganda pengkafiran umat Islam.
UIN, IAIN, STAIN, STAIS terdapat jurusan yang rentan tercemar pemikiran liberal dengan ilmu filsafatnya dan disinyalir menjadi target barisan pemurtadan.
Sekolah bukan satu-satunya pilar penentu masa depan anak. Banyak pilar lain: keluarga, kompetensi anak, bakat lahir, dan lingkungan sosial. Namun sekolah bisa berperan lebih dominan dalam membentuk karakter dan mengembangkan kompetensi anak. Jika realitas tidak begitu, disinilah peran orangtua. Jadi anak harus siap mental dan pikiran, sedangkan orangtua harus siap memenuhi segala kewajiban baik biaya maupun partisipasi aktif di sekolah.
Sumber : http://www.suara-islam.com/news/konsultasi/pendidikan/377-tips-memilih-sekolah dan http://www.suara-islam.com/news/keluarga/rumah-tangga/2894-memilih-sekolah-anak
 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar